HISTORICAL THE RISE OF MAJAPAHIT (3)


Sikap tegas penolakan Sri Kertanegara kepada Mongolia pada 1289 ternyata harus dibayar mahal. Di bawah kepemimpinan panglima perang Ike Mese, Shih Pi dan Gao Xing, sebuah armada tempur berkekuatan dua puluh ribu prajurit dengan menggunakan kurang lebih seribu buah kapal perang berlayar dari Mongolia ke Jawa untuk ‘menghukum’ raja Singosari yang menentangnya. Pada awal 1293 armada itu berlabuh di pelabuhan Tuban dan Hujung Galuh setelah itu bergerak ke selatan melalui jalur darat dan Sungai Brantas menuju Tumapel, ibu kota Singosari. Beberapa hari kemudian pada waktu yang telah ditentukan kedua pasukan perang ini bertemu dan berkubu di suatu daerah yang bernama Canggu.

Ike Mese mendengar kabar bahwa kerajaan Singosari sudah runtuh dan Sri Kertanegara telah tewas sedangkan yang berkuasa di Jawa saat itu adalah Sri Jayakatwang yang telah mengangkat dirinya sebagai raja yang bertahta di istana Daha, ibu kota Kediri. Oleh karena perintah yang diterima adalah menghukum raja Singosari, penerusnya atau siapa pun penguasa saat itu maka ‘eksekusi’ itu akan tetap dilaksanakan.

Dalam perjalanannya mereka ditemui dan diajak bergabung oleh Raden Wijaya untuk bersama-sama meruntuhkan kerajaan Kediri dengan janji Jawa akan segera tunduk, berupeti dan mengakui kedaulatan Mongolia. Perjanjian pun disepakati! Istana Daha luluh lantak. Lebih dari lima ribu prajuritnya tewas. Prabu Sri Jayakatwang dan Ardaraja anaknya, dihukum mati oleh Mongolia di atas kapal yang berlabuh di Hujung Galuh dan lebih dari seratus orang kerabat istana Kediri yang tertangkap ditawan untuk dibawa ke Mongolia.

Belum lagi sempat menikmati janji, tepat pada saat sedang merayakan pesta kemenangan, pasukan Mongolia ini digempur dan diusir pasukan Raden Wijaya hingga tercerai berai dan sebagian yang selamat melarikan diri naik ke atas kapal dan berlayar kembali ke negerinya.


Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat artikel lainnya




 
Created by : Team SW
Copyright ©2016 SETYO WARDOYO
Blogsite Milik : Setyo Wardoyo