Ike Mese mendengar kabar bahwa kerajaan Singosari sudah runtuh dan Sri Kertanegara telah tewas sedangkan yang berkuasa di Jawa saat itu adalah Sri Jayakatwang yang telah mengangkat dirinya sebagai raja yang bertahta di istana Daha, ibu kota Kediri. Oleh karena perintah yang diterima adalah menghukum raja Singosari, penerusnya atau siapa pun penguasa saat itu maka ‘eksekusi’ itu akan tetap dilaksanakan.
Dalam perjalanannya mereka ditemui dan diajak bergabung oleh Raden Wijaya untuk bersama-sama meruntuhkan kerajaan Kediri dengan janji Jawa akan segera tunduk, berupeti dan mengakui kedaulatan Mongolia. Perjanjian pun disepakati! Istana Daha luluh lantak. Lebih dari lima ribu prajuritnya tewas. Prabu Sri Jayakatwang dan Ardaraja anaknya, dihukum mati oleh Mongolia di atas kapal yang berlabuh di Hujung Galuh dan lebih dari seratus orang kerabat istana Kediri yang tertangkap ditawan untuk dibawa ke Mongolia.
Belum lagi sempat menikmati janji, tepat pada saat sedang merayakan pesta kemenangan, pasukan Mongolia ini digempur dan diusir pasukan Raden Wijaya hingga tercerai berai dan sebagian yang selamat melarikan diri naik ke atas kapal dan berlayar kembali ke negerinya.